Kamis, 03 November 2011

Bapak Ingin Naik Haji

islamic-awareness.org

Suatu senja di teras rumah, mata Bapak berkaca-kaca, "Bapak ingin naik haji...". Lirih ucapnya ketika itu, namun terdengar jelas di telingaku.

Ah...gurat-gurat kerinduan pada Baitullah yang kulihat di wajah Bapak sungguh menusukku. Aku tahu arti bening bulir air mata yang menggenang di sudut mata Bapak. Bude berangkat haji, dan kerinduan Bapak akan Mekkah kian menggurita karenanya.

"Doakan aku suatu hari nanti bisa menghajikan Bapak..."

Bapak tergugu memelukku, bahunya terguncang karena haru.
***
"Bapak ingin naik haji...!" ucap Bapak di sela-sela nafasnya yang sesak. Jantung Bapak kumat lagi.

Aku tersenyum sendu, kupasangkan tabung oksigen kecil seukuran kaleng cat semprot di hidung Bapak. Kuraih tangan Bapak, nafasnya yang sesak perlahan berirama teratur.

"Doakan aku diterima jadi pegawai negeri, Pak, agar aku bisa menghajikan Bapak. Minggu depan aku test!"

Bapak tersenyum, menatapku dengan tatapan teduh, "Kau pasti lulus kali ini, nak..."
***
Kupandang wajah Bapak sendu. Selang infus menancap di pergelangan tangan Bapak, selang oksigen terpasang di hidung.
Bapak stroke, mba
Itu bunyi sms yang kuterima dari adikku kemarin. Sms yang membuatku pulang, menunda diklat prajabatan yang seharusnya ku ikuti mulai hari ini. Syukurlah, aku dibolehkan mengikuti gelombang berikutnya, tiga minggu yang akan datang.

Bapak menggeliat, matanya mengerjap dan perlahan terbuka.

"Assalamu 'alaikum..." Kuraih tangan Bapak dan kucium.

Bapak tersenyum, mulutnya terbuka mengucap sesuatu meski kata yang keluar tak jelas. Stroke yang menyerang Bapak membuat Bapak kesulitan berkomunikasi.

"Bapak cepat sembuh, ya, biar Bapak bisa berangkat haji. Oh, ya, tiga minggu lagi aku prajabatan, Pak. Sebentar lagi aku diangkat jadi PNS penuh, alhamdulillah..." bisikku pada Bapak.

Bapak tersenyum dan mengangguk kecil. Matanya berbinar, mungkin membayangkan Kabah, Baitullah yang dirindukannya.
***
Aku tertunduk lesu di depan gundukan tanah merah yang basah. Bulir-bulir air mata deras mengaliri pipiku. Penyesalan menikamku, memenuhi rongga hatiku.
Bapak ingin naik haji
Aku akan menghajikan Bapak
Bapak ingin naik haji
Doakan aku agar bisa menghajikan Bapak
Kalimat - kalimat itu terus berputar, membenamku pada penyesalan yang kian dalam. Janji yang kuucap belumlah terlaksana. Padahal tak satupun janji Bapak untukku yang tak dipenuhinya.

Ahh......dada ini kian sesak.... Allah memiliki rencana-Nya sendiri. Selamat jalan Bapak, semoga engkau beserta orang - orang mukmin di sana...Maafkan segala salahku, maafkan atas janjiku... Jadikan aku anak yang soleh ya, Allah, agar lantunan doaku bisa menjadi penghias amal Bapak


(In memoriam my beloved father : 20 Januari 1932 - 4 Maret 2010)
0o0o0o
Epilog : Kenangan ini kembali hadir menjelang Idul Adha.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar