Kamis, 05 Januari 2012

Sebuah Catatan Kenangan

Bapak, sahabat, dan guru kami
Aku masih ingat saat awal-awal beliau datang. Sosok yang sepertinya serius, pikirku kala itu. Sempat pula ada rasa sungkan menyeruak. Meski kemudian kekakuan mulai mencair, saat kemudian aku dan beberapa kawan datang ke rumah beliau. Silaturahmi pembuka, mungkin istilah ini tepat untuk kunjungan kami pertama kali.
Waktu-waktu berikutnya aku menjadi terbiasa mengetuk pintu rumah beliau. Lebih karena panggilan tugas sebenarnya. Ya, baru kusadari aku belum pernah sekalipun benar-benar bersilaturahmi....Ah, maafkan aku Bapak...
Satu hal yang juga masih kuingat dengan jelas dalam endapan labirin otakku, "hobi" ngaretku sehingga terlambat datang dalam suatu situasi, dimana ada kunjungan terkait akreditasi sekolah. Aku tahu beliau marah ketika itu. Bukan
marah yang menggelegar, tapi kemarahan  dalam kesantunan. Kemarahan dalam bijak. Kemarahan yang membuatku tersudut dalam penyesalan meski tak satupun kata-kata menyakitkan, ya, hanya kata-kata penuh kasih seorang bapak kepada "anaknya".
Bapak dan Ibu dalam kenangan
Betapa meter demi meter menyusuri jalan bersama beliau, melalui detik demi detik waktu dalam sebuah pembelajaran hidup yang luar biasa. Memberikan telinga untuk mendengarkan sekedar celoteh dan keluhan kami. Menjadi  seorang Bapak kala aku terpuruk kehilangan Bapakku. Menjadi seorang Bapak, bagi siapapun dari kami yang butuh wejangan bijak orang tua. Menjadi seorang sahabat, saat berbagai warna-warni kehidupan menghampiri kami. Menjadi seorang sahabat kala berbagai cerita menghentakkan kami. Menjadi guru bagi kami yang masih begitu premature dalam ilmu kehidupan.Menjadi guru saat kami begitu awam tentang lika-liku berbagai persoalan.
Rasanya, tak satupun yang rela melepasnya. Rasanya, tak satupun yang tak berat ditinggalkan olehnya. I don't wanna say goodbye, I hate its words. Namun, akhirnya kami harus menyerah pada situasi. Bukan kami yang menentukan, bukan pula beliau yang menjadi penentu atas semua keputusan. Kami hanyalah serupa pion-pion yang melangkah dalam gerakan sang master. Setidaknya di lubuk hati terdalam kebersamaan ini tak lekang oleh waktu.
Selamat bertugas di tempat baru, Bapak. We'll miss you...
Mancak's family...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar